Pengembangan Teknologi Energi sambil melirik Lahan Kosong Energi Konversi
Ramli Sitanggang
Opini
Pertanyaannya selanjutnya, masihkah sektor minyak fosil ini tetap menjadi basis perencanaan energy nasional di tahun-tahun mendatang? Tentunya untuk menopang kegiatan ekonomi bertumpu pada basis minyak fosil sudah tidak jamannya lagi. Pada masanya nanti, energy ini akan mengalami stagnasi eksplorasi. Hal ini disebabkan karena stok minyak fosil diperut bumi sudah semakin menipis. Situasi ini mendorong Negara maju cenderung mengalihkan perhatiannya pada energi alternatif. Perhatian tehnologi alternatif di skala global terkonsentrasi pada metanol dan hidrogen fuel cell.
Kenyataannya, negara-negara maju sudah melakukan pengilangan bahan bakar alternative hydrogen dan methanol yang lebih cepat dari jadual roadmap dunia. Hal ini ditambah dengan aplikasi tehnologi fuel cell untuk kepentingan transportasi. Tentu saja pengilangan hydrogen, methanol mestinya dikembangkan seiring sejalan dengan fuel cell. Memang, untuk yang terakhir diberi perhatian yang sangat serius terutama pada penciptaan tehnologi transportasi yang bisa dioperasionalkan dengan bahan bakar alternative hidrogen.
Beberapa dekade yang lalu, tehnologi fuel cell sudah menjadi salah satu program utama di ranah pendidikan yang secara konkrit dilakukan dengan penelitian secara terus-menerus untuk menghasilkan produk komersial. Dan, hari ini sudah banyak di negara maju yang memiliki komitmen untuk mempelajari fuel cell secara lebih mendalam melalui penelitian ilmiah yang mendapat prioritas dari negara. Bahkan, banyak negara berani mengucurkan dana yang relatif tinggi dalam rangka membiayai penelitian di lembaga-lembaga pendidikan. Apa yang terjadi kemudian? Tentu saja sangat cepat perkembangannya.
Dari peta peta jalan energi dunia ini, tampak jelas kesadaran berbagai negara yang sebegitu tinggi akan arti pentingnya konversi energi, terutama untuk menggantikan persoalan energi berbasis minyak fosil. Inilah salah satu penyebab negara-negara maju mensponsori kompetisi teknologi fuel cell untuk secara bertahap mengaplikasikannya.
Berkaitan dengan perkembangan teknologi ini, Amerika Serikat baru-baru ini menyediakan anggaran yang cukup besar untuk program pengembangan teknologi fuel cell. Mereka merencanakan hingga 10 atau 15 mendatang dengan target aplikasi tehnologi fuel cell bagi keperluan angkutan umum hydrogen. Untuk tahun depan saja budgetnya $68 million untuk riset yang fokus pada pembangunan fuel cell dan $68 million untuk pengembangan teknologi pengilangan hidrogen. Demikian juga Negara jepang, korea serta Negara Eropa. Sementara itu, Negara-negara yang tidak mampu mengikuti laju perkembangan teknologi alternative ini akan menjadi pasar potensial.
Berbicara perkembangan tehnologi fuel cell Indonesia, terlihat jelas bahwa pemerintah belum serius melirik lahan garapan ini. Padahal tehnologi fuel cell merupakan salah satu tehnologi alternative yang patut dikelola guna menggantikan BBM dimasa yang akan datang. Ini sangat terlihat dari penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti Indonesia di berbagai perguruan tinggi, lembaga pemerintah dan swasta, bahwa hasil penelitian tehnologi fuel cell belumlah dapat bersaing dengan temuan-temuan kekinian di luar negeri. Jika membuat perbandingan dengan negara maju, maka terasa sangat jauh tertinggal. Di negara-negara maju, pengembangan tehnologi fuel cell, sudah mampu menghasilkan energy listrik berdaya 100 KWatt, bahkan ada yang sudah mampu membuat fuel cell jenis oksid pada sekala MWatt. Artinya, pengembangan teknologi ini bergulir sebegitu cepat, dan faktanya Indonesia jauh tertinggal.
Lalu, bagaimana mensiasati ketertinggalan ini? Tidak mungkin mengejar ketertingalan ini hanya mengandalkan pola-pola yang dikerjakan saat ini. Penelitian yang dilakukan saat ini merupakan penelitian dasar. Sedangkan, penelitian yang sudah dilakukan di berbagai Negara sudah bergerak ke arah penelitian tehnologi fuel cell untuk kepentingan komersial. Untuk mengatasi persoalan ketertinggalan ini, satu satunya jalan yang dapat ditempuh Indonesia adalah alih tehnologi.
Tentunya penelitian yang berbasis alih tehnologi akan lebih efisien dan efektif, karena langkah selanjutnya berkisar pada pengembangan desain fuel cell baru yang lebih hemat dan lebih murah. Dengan cara ini, akan menghemat biaya pembangunan teknologi fuel cell dan sekaligus berdaya saing. Langkah ini sangat penting dilakukan se-awal mungkin sebagai upaya mengantisipasi terjadinya proteksi teknologi yang akan dilakukan oleh Negara maju.
Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber energi seperti angin, matahari, air, batubara, panas bumi dan nabati. Sumber sumber ini diperlukan untuk menghasilkan listrik. Keberadaan ini menunjukkan, selain Indonesia sangat sesuai melakukan secara besar-besaran pengilangan hydrogen juga untuk pengembangan fuel cell. Bahkan, Indonesia dapat dikatakan sebagai Negara yang paling strategis di dunia pengilangan teknologi ini. Berangkat dari pemikiran ini, sangatlah penting bagi pemerintah Indonesia mendorong penguasaan tehnologi agar teknologi hidrogen fuel cell ini dapat sesegera mungkin digarap dan mengapplikasikannya.
Untuk keperluan ini, Pemerintah nampaknya harus mampu menyediakan kebijakan yang core-nya menempatkan tehnologi alternative berbasi hydrogen fuel cell sebagai salah satu bagian yang strategis untuk mempengaruhi langsung atau tidak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat pada masa mendatang. Bagaimanapun juga, konversi energy ini merupakan sebuah kebutuhan yang berdaya jangkau luas dan berkenaan langsung terhadap hajat hidup orang banyak. Meskipun, masih banyak tahapan yang ditempuh untuk mengujudkan tehnologi hydrogen fuel cell Indonesia, tentu saja memerlukan perjuangan politik praktis untuk menyegerakan aplikasinya. Dan, siapapun yang mau berbakti terhadap bangsa ini lewat aras kepemimpinan nasional 2009 sampai 2014, layak melirik lahan kosong ini sebagai program kensejahterakan bangsa.
0 Comments:
Post a Comment