ARTICLE

Sunday, March 29, 2009

Sebuah Pengantar

Sabang sampai Merauke, bukanlah sekadar satu rangkaian kata yang menunjuk letak geografis, atau bukan saja menggambarkan geographical entity, tapi merupakan national statement untuk menyatukan pluralitas kultural.
Spiritualitas seperti ini, merupakan titik pijak bangsa untuk secara kontinyu berada di aras progresifitas yang beradab serta modern dan memiliki tujuan besar berdasarkan kepentingan bersama. Pretensi terhadap kemakmuran, kesejahteraan, kebahagiaan sosial, hampir boleh dipastikan sebagai kehendak umum yang menjadi cita-cita bangsa. Indonesia sebagai sebuah negara bangsa, berada dalam satu gerak langkah bersama dan berproses menuju ke arah kesejahteraan tanpa diskriminasi bagi warga negaranya. Konteks ini bergerak secara pasti menuju kesejahteran itu.
Idealisasi kesejahteraan itu, perlu ditumbuhkembangkan kembali, terutama pewacanaan kesejahteran bagi seluruh warga negara. Spirit usaha kolektif yang perlu dihandalkan untuk semua ini adalah patriotisme modern untuk mengintegrasikan segenap unsur bangsa berbuat dan bertindak ke arah yang sama menuju idealisasi kesejahteran.
Persatuanbangsa merupakan fondasinya, dan berdasarkan fondasi itulah pluralitas ditampung dalam satu wadah yang lebih besar; dan sebagai konsekuwensi logis atas eksistensi persatuan urusan kenegaraaan, sosial, kultural, ekonomi dan teknologi setiap negara terasa lebih kompleks. Hal ini tidak jauh berbeda dengan persatuan sebagaimana yang terdapat dalam bingkai "Negara Kesatuan Republik Indonesia" (NKRI); yang mana persatuan menjadi salah satu dasar negara untuk menjadikan seluruh rakyat yang plural menjadi lebih makmur, sejahtera, bahagia. Melalui ”Persatuan” itu, NKRI dapat bertahan, dan terus mengayun dengan progresifitas menuju citacita pembentukan NKRI itu sendiri, dan hingga di detik ini pula bahwa NKRI dapat bertahan sebagai entitas politik. Spirit persatuan tentu saja mengkonsolidasikan kehendak politik seluruh unsur bangsa, dan dengan keyakinan teguh akan tercapainya kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang lebih unggul dan kehidupan yang lebih bagus. Wadah ini cukup kuat untuk mengusahakan pencapaian ide-ide baik di atas, dan menjadi pilihan baik dari pada terkotak-kotak yang menonjolkan etnosentrisitas kultural, yang boleh jadi cenderung dekat dengan konflik yang membentuk perangai primordialitas. Hasil artikulasi kepentingan bersama seluruh unsur bangsa ini merupakan titik pijak perguliran progresifitas bangsa, dan derap langkah bangsa yang tentu saja disalurkan, sehingga cita-cita bangsa yang tertuang dalam artikulasi itu terwujud. Maka dari itu, kesadaran bersama unsur-unsur bangsa diperlukan untuk mempengaruhi kerja mewujudkan skema artikulasi tersebut. Konsep persatuan bangsa cukup efektif menghantarkan dan merealisir kondisi sejahtera bagi semua anak bangsa, dengan mempersyaratkan ide-ide kesadaran akan arti pentingnya kebersamaan. Jauh meneropong realitas perseptual anak anak bangsa kedepan ini, terutama berkenaan keberadaan kesadaran persatuan, menunjukan gejala degradasi secara perlahan-lahan adanya kekuatan global yang men-take over semua upaya memperkuat persatuan ke arah kebebasan global. Jika kebebasan total semakin menggejala, maka pergeseran nilai mutlak persatuan bangsa akan terjadi.
Jika dibayangkan bagaimana kebebasan yang tidak terukur mengada di ranah bangsa, maka kesadaran baru yang egosentris, individualistis justru nampak semakin kuat. Secara negatif, persatuan bangsa yang lebih mengedepankan
patriotisme bangsa bukan lagi bermakna sebagai landasan spiritual transformasi total bangsa menuju kepada kesejahteraan serta kemakmuran. Meskipun disadari bahwa patriotisme bangsa adalah model patriotisme modern yang mengedepankan kebijaksanaan lokal, demokratisasi, dan skema besar persatuan menuju kebahagiaan bersama.
Jika kita melirik fenomena sosial diberbagai negara yang sekarang berlangsung mungkin sudah memperlihatkan ada gejala empiris tentang adanya potensi besar global yang mengarah pada disintegrasi persatuan. Ini jelas belum sesuai bukan?
Kontinyuitas fenomena sosial yang kurang menguntungkan bagi persatuan bangsa akan menyeret bangsa ke dalam jerembab konflik, serta absurditas lainnya, yang jelas-jelas merupakan regresi bagi upaya merealisir kesejahteraan bangsa. Dalam hubungan ini, pendekatan demi pendekatan telah dilaksanakan semata-mata untuk merestorasi
tiap-tiap gejala regresi yang bersifat disintegratif. Pendekatan preventif melalui pengerahan inteligen, law enforcement, mungkin belum seutuhnya berhasil mampu merestorasi, dan meminimalisirnya.
Pendekatan preventif lain, seperti opini publik yang di-launching media massa, terutama yang
menghembuskan aroma patriotisme, mungkin juga belum seutuhnya dapat memberikan signifikansi yang betul-betul riil bagi ketiadaan gejala disintegrasi persatuan bangsa itu.
Pendekatan pada uraian ini cukup unik yang mengerahkan kreatifitas tinggi guna menghembuskan suasana baru bagi pencerahan kesadaran akan pentingnya persatuan seluruh bangsa Indonesia.
Konsepnya mempertimbangkan pendekatanpendekatan yang selama ini dilakukan, dan pendekatan demi pendekatan sebagaimana telah digencarkan itu ditambahkan dengan konsep pendekatan artistik yang terpola berupa lagu-lagu. Artinya model lagu-lagu populer dipakai sebagai media menyampaikan persatuan bangsa dan kesatuan rakyat Indonesia. Lagu-lagu populer diciptakan sedemikian rupa (penggabungan nada, syair dan irama) dengan memasukkan nilai-nilai patriotisme bangsa yang dapat memberikan kesan yang tinggi tentang perlunya patriotisme bangsa untuk mencapai adil dan.

0 Comments:

blogger templates | Make Money Online